SAKIT terkadang membawa dampak hebat pada penderita, terutama
penyakit-penyakit yang tergolong berat. Bukan saja rasa sakit, tetapi
stres kerap pula menyertainya. Terutama pasien dengan penyakit-penyakit
tertentu.
Bagaimana mengelola sakit tanpa stres? Salah satunya dengan spiritual care, menggunakan pendekatan spiritual.
Kebutuhan dasar manusia
Sakit,
menurut Nani Maharany, S.Kep., Ners dari Departemen Keperawatan RS Al
Islam, adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang
sehingga orang tersebut mengalami gangguan aktivitas sehari-hari, baik
aktivitas jasmani, rohani, maupun sosial. Sakit dapat juga diterjemahkan
sebagai sebuah keadaan penyimpangan dari status kesehatan yang
mempunyai arti lebih luas dari sekadar penyakit.
Pola penyembuhan
pasien selama ini biasanya lebih fokus pada penanganan penyakit secara
medis. Sementara itu, pendekatan proses tenaga medis (perawat) yang
lebih mengarah pada kebutuhan dasar manusia (KM) masih belum banyak
diterapkan. Padahal, pendekatan proses keperawatan adalah perawat
sebagai pengganti pasien, perawat sebagai penolong pasien, dan perawat
sebagai partner pasien. Pendek kata, perawat berperan sebagai motivator
dan edukator bagi pasien yang ditanganinya.
Diakuinya, memang
belum ada standar baku pelayanan keperawatan yang berdasar pada
keperawatan spiritual. Dengan demikian, perlu ada semacam buku petunjuk
standar keperawatan spiritual, mengingat masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang percaya terhadap agama (apa pun itu). "Kalau di negara
lain sih mungkin tidak soal, tetapi di kita sebagai masyarakat beragama
sangat penting ada SOP yang mengarah lebih spesifik seperti itu,".
Sementara itu, menurut K.H. Miftah Faridl, sakit dalam pandangan Islam
tidak pernah lepas dari perilaku dan perbuatan manusia. Oleh karena itu,
umat Islam harus memelihara dan menjaga kesehatan serta memanfaatkan
waktu sehatnya untuk melakukan hal-hal yang baik. "Makanya, orang Islam
dilarang melakukan sesuatu yang dapat merugikan dan merusak diri secara
fisik maupun mental," ujarnya.
Tidak dibenarkan orang Islam
menghilangkan hidupnya sendiri. Begitu juga menghilangkan hak hidup
orang lain. "Ini sangat tidak dibenarkan oleh Islam," tuturnya.
Cara
Islam mengatur dan menjaga kesehatan, menurut Miftah, antara lain hidup
selalu bersih dan gemar mewujudkan kesucian dan kebersihan. Islam juga
mengharuskan umatnya makan makanan yang halal dan baik (thayyiba) serta
tidak berlebih-lebihan. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
dapat membahayakan tubuh dan mental, menjadi bagian dari cara Islam
menjaga kesehatan.
Sedangkan dari sisi psikologis, Islam mengajak
umat membersihkan diri dari penyakit rohaniah seperti sombong, buruk
sangka, iri, mudah sedih, selalu ragu-ragu, kikir, malas, selalu ingin
dihargai orang lain, dan ingin selalu dipuji. Islam mengharuskan umatnya
menjauhi zinah, liwath, dan pebuatan nafsiyah lainnya.
"Berdoa,
takarub kepada Allah SWT lewat salat malam sangat dianjurkan, termasuk
mengikuti nasihat-nasihat ahli di bidang kesehatan seperti dokter atau
perawat," ujarnya.
Mengurangi cemas
Berdasarkan pada
kebutuhan dasar manusia (KDM), selain tetap fokus pada penanganan pasien
secara medis, RS Al Islam menyertainya dengan menerapkan spiritual
care. Penanganan pasien sesuai dengan kepercayaan dan agama pasien
sekaligus memberikan bimbingan ibadah pasien.
Direktur RS Al
Islam dr. H. Dede Setiapriagung, Sp.Rad., M.H., Kes. mengatakan,
spiritual care diujicobakan pada 2009 pasien yang dirawat di Ruang
perawatan Firdaus III selama tiga bulan berturut-turut.
Spiritual,
menurut Dede, terdiri atas dimensi eksistensional yang berfokus pada
tujuan dan arti hidup serta dimensi agama yang berfokus pada hubungan
dengan Tuhan. "Jadi dalam kaitan ini, pasien dan keluarga pasien diajak
untuk lebih siap menerima kondisi yang sedang terjadi. Dengan tetap
mengajak pasien melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai Muslim
sebatas dia mampu walaupun dalam keadaan sakit," ujarnya.
Spiritual
care diberikan kepada seluruh pasien. Mulai dari pasien anak-anak
sampai dewasa. Dengan harapan agar mereka dapat mempersiapkan mental
secara lebih awal, baik dalam menerima ujian sakit maupun kematian bila
saatnya tiba.
Teknis pelaksanaan dilakukan dengan membekali
perawat dan tenaga kerohanian dengan tiga buku pegangan, yakni SKP
(Santunan Kerohanian Pasien), TIP (Tuntunan Ibadah Pasien), dan BSM
(Bimbingan Sakaratul Maut) bagi pasien-pasien terminal. Dengan demikian,
pasien akan tetap melaksanakan ibadahnya sesuai dengan ketiga buku
pedoman itu walaupun mereka sedang sakit.
Untuk kunjungan dan bimbingan kerohanian ini, dilakukan dua kali dalam sehari, pagi dan sore.
Sebanyak
209 pasien yang dirawat selama tiga bulan di Ruang Perawatan Firdaus
III RS Al Islam Bandung rata-rata mengalami penurunan tingkat kecemasan.
Mereka dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan kadar kemampuannya dan
cenderung tenang. Mereka tidak mengalami stres (kecemasan) seperti pada
pasien yang tidak termasuk pilot project program tersebut.
Cara ibadah
Sementara
itu, K.H. Miftah mengatakan, banyak hal yang belum diketahui masyarakat
berkenaan dengan bimbingan pasien saat sakit. Program spiritual care
akan sangat membantu ketidaktahuan itu.
Pasien sakit tidak hanya
harus mendapatkan petunjuk dan cara-cara pengobatan yang benar, tetapi
juga bimbingan cara-cara ibadah sesuai dengan kadarnya dan zikir untuk
mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.
Cara berobat yang
dianjurkan Islam, kata Miftah, harus ikhlas sebagai ibadah untuk
memeroleh kesembuhan, tidak boleh bukan kepada ahlinya, tidak
menggunakan cara-cara dan obat yang diharamkan, tidak menggunakan
mantra, tidak menyekutukan Allah SWT, tidak mengarahkan pada syirik
dengan menggunakan benda-benda azimat, dan harus yakin bahwa pada
hakikatnya sang penyembuh itu adalah Allah SWT.
Pasien yang
sedang sakaratul maut, katanya, harus dibimbing dengan mengucapkan
lafadz laa ilaaha illallah. Bila sudah meninggal, tutup badannya dengan
kain, tutup mulut dan matanya apabila terbuka, taruh kedua tangannya
seperti sedang salat, arahkan ke Qiblat, beritahukan keluarganya,
mandikan, kafani, salatkan, lalu kuburkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar