Halaman

Rabu, 17 Desember 2014

MENGUKUR STATUS GIZI DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

Status gizi merupakan keadan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan pengunan (utilzation) zat gizi makanan. Status gizi seseorang
tersebut dapat diukur dan diases (dinilai). Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka
dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya tergolong normal ataukah tidak normal.

Antropometri adalah pengukuran bagian-bagian tubuh. Perubahan dalam dimensi-dimensi tubuh
merefleksikan keadan kesehatan dan kesejahteran seseorang atau penduduk tertentu. Antropometri digunakan untuk menilai dan memprediksi status gizi, performan, kesehatan dan kelangsungan hidup seseorang dan merefleksikan keadan sosial ekonomi atau kesejahreran penduduk. Antropometri merupakan pengukuran status gizi yang sangat luas digunakan. Alasan pengunan antropometri yang luas tersebut adalah :
a. Kehandalanya dalam menilai dan memprediksi status gizi dan masalah kesehatan dan sosial ekonomi.
b. Mudah digunakan dan relatif tidak mahal.
c. Alat ukur yang non-invasive (tidak membuat rauma bagi orang yang diukur).

Ukuran yang biasa digunakan adalah tingi badan (atau panjang badan), berat badan, lengkar lengan
atas, dan umur. Tingi dan berat badan paling sering digunakan dalam pengukuran karena dapat membantu
mengevaluasi pertumbuhan anak-anak dan menentukan status gizi orang dewasa. Indeks masa tubuh (IMT)
merupakan indikator yang paling sering digunakan untuk mendeteksi masalah gizi pada seseorang.
Antropometri dapat digunakan untuk berbagai tujuan, tergantung pada indikator antropometri yang
dipilh. Sebagai contoh, indeks masa tubuh (IMT) merupakan indikator kekurusan dan kegemukan.
Pengukuran IMT merupakan cara yang paling murah dan mudah dalam mendeteksi masalah kegemukan di
suatu wilayah. Masalah kegemukan sekarang ini semakin meningkat dengan semakin meningkatnya
kesejahteran masyarakat dan peningkatan kemajuan teknologi yang memungkinkan aktivitas masyarakat
semakin rendah. Peningkatan masalah kegemukan ini sat erat kaitanya dengan berbagai penyakit kronis
degeneratif, seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, kanker, dl.

Bagaimana mengukur IMT?
Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Pada anak-anak dan
remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan
komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U.

IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tingi badan kuadrat. Cara pengukuranya adalah
pertama-tama ukur berat badan dan tingi badanya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :

              Berat badan (kg)
IMT = -----------------------
              Tingi badan 2 (meter)

Dimana :berat badan dalam satuan kg, sedangkan tingi badan dalam satuan meter.Untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan nilai IMT standar WHO 2005 (WHO, 2006); sedangkan pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan dengan referensi WHO/NCHS 2007 (WHO, 2007). Pada sat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau persentil.

 Z-skor : deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi dengan simpangan baku populasi
referensi.
 Persentil : tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi (WHO/NCHS), yang dijelaskan dengan nilai
seseorang sama atau lebih besar daripada nilai persentase kelompok populasi.

Z-skor paling sering digunakan. Secara teorits, Z-skor dapat dihitung dengan cara berikut :

                Nilai IMT yang diukur – Median Nilai IMT (referensi)
Z-Skor = -------------------------------------------------------
                Standar Deviasi dari standar/referensi

Bagaimana klasifikasi status gizinya?. Klasifikasi dapat dilakukan menurut berbagai lembaga. Klasifikasi
WHO agak sedikit berbeda dengan klasifikasi menurut Kementerian Kesehatan RI. Klasifikasi status gizi pada IMT yang dihitung dengan mengunakan Z-skor menurut WHO dapat dilhat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut WHO
Nilai Z-skor                                  Klasifikasi
z-skor ≥ +2                                  Overweight (kelebihan berat badan atau gemuk)
-2 < z-skor < +2                           Normal
-3 < z-skor < -2                            Kurus
z-skor < -3                                    Sangat kurus

Klasifikasi menurut Kemenkes RI (2010) dibedakan pada kelompok usia 0-60 bulan dengan kelompok usia
5-18 bulan. Klasifikasi IMT untuk usia 0-60 bulan disajikan pada Tabel 2, sedangkan klasifikasi IMT untuk
anak usia 5-18 tahun disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 0-60 bulan
Nilai Z-skor                                    Klasifikasi
z-skor ≥ +2                                    Gemuk
-2 < z-skor < +2                            Normal
-3 < z-skor < -2                             Kurus
z-skor < -3                                     Sangat kurus

Tabel 3. Klasifikasi IMT menurut Kemenkes RI 2010 untuk anak usia 5-18 tahun
Nilai Z-skor                                    Klasifikasi
z-skor ≥ +2                                    Obesitas
+1 < z-skor < +2                            Gemuk
-2 < z-skor < +1                             Normal
-3 < z-skor < -2                              Kurus
z-skor < -3                                      Sangat kurus

Sekarang untuk menghitung z-skor IMT/U tersebut bukan hal yang susah lagi. Kemajuan teknologi
mempermudah hal itu. Software-nya sudah tersedia di web WHO. Untuk usia 0-60 bulan bisa diunduh disini
htp:/www.who.int/childgrowth/software/en/ dan untuk usia 5-19 tahun bias diunduh disini htp:/www.who.int/growthref/tols/en/ Pada orang dewasa, pengukuran status gizi dilakukan dengan mengunakan indeks masa tubuh (IMT). Perhitungan IMT sama seperti diatas. Hasilnya dibandingkan dengan nilai tik batas IMT menurut WHO atau Departemen Kesehatan RI, yang nilai tik batasnya disajikan pada
Tabel 4 dan Tabel 5. Pada orang dewasa faktor umur tidak dipertimbangkan dalam menghitung IMT. Pada orang dewasa biasanya tingi badanya tidak relatif stabil, sehinga variasi yang terjadi hanya pada berat badanya.

Tabel 4. Klasifikasi IMT Dewasa menurut WHO
Klasifikasi                        Interpretasi
< 16,0                             Severe thines
16,0 – 16,9                     Moderate thines
17,0 – 18,49                   Mild thines
18,50 – 24,9                   Normal
25,0 – 29,9                     Grade 1 overweight
30,0 – 39,9                     Grade 2 overweight
≥ 40,0                             Grade 3 overweight

Tabel 5. Klasifikasi IMT Dewasa menurut Kemenkes RI (2003)
Kategori IMT                      Klasifikasi
< 17,0                                 Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 – 18,4                         Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0                         Normal
25,1 – 27,0                         Kegemukan (kelebihan berat badan tingkat ringan)
> 27,0                                Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)

Kelemahan pengunan IMT
Pengunan IMT mempunyai kelemahan. Kelemahan yang terjadi adalah dalam menentukan obesitas. Kita tahu bahwa obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. IMT hanya mengukur berat badan dan tingi badan. Kelebihan berat badan tidak selalu identik dengan kelebihan lemak. Berat badan terdiri dari lemak, air, otot (protein), dan mineral. Pada seorang yang sangat aktif, misalkan olahragawan, maka biasanya komposisi lemak tubuhnya relatif rendah dan komposisi ototnya relatif tingi. Pada orang yang sangat aktif IMT yang
tingi tidak berarti kelebihan lemak tubuh atau bukan obes.


Daftar Pustaka :

Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutritonal Asesment. Second Editon. Oxford University Pres,
New York.

Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia N0.
195/Menkes/SK/XI/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Predy VR. 2012. Handbok of Anthropometry :Physical Measures of Human Form in Health and
Disease. Springer, New York.

WHO. 1995. Physical Status : the Use and Interpretation of Anthropometry. Report of a WHO
Expert Commite. WHO, Geneva.

WHO. 2006. WHO Child Growth Standards. WHO, Geneva.

WHO. 2007. WHO Reference 207 for Child and Adolescent. WHO, Geneva

1 komentar:

  1. izin copas beserta sumber nya ^^ Terimakasih sangat bermanfaat ^^

    BalasHapus