KASUS :
Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi tejadinya penyakit thypoid pada anak – anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit thypoid adalah kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan. Jelaskan bagaimana penelitian tersebut akan dilakukan dengan desain penelitian yang berbeda (case control, cohort, dan cross sectional).
1. Case Control
Studi case control adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi Case Contol adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit, kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Subyek yang didiagnosa menderita penyakit disebut kasus, sedangkan subyek yang tidsk menderita penyakit disebut control.
Dalam kasus tersebut, hal pertama yang dapat kita lakukan adalah memilih kelompok kasus dan kelompok control untuk dibandingkan. Anak – anak yang menderita penyakit thypoid sebagai kelompok kasus, sedangkan anak – anak yang tidak menderita penyakit thypoid sebagai kasus control. Kemudian kita telusuri kebelakang apa yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit thypoid tersebut dengan melihat riwayat paparan pada anak – anak yaitu kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan. Dengan demikian kita dapat mengetahui apa yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit thypoid pada anak – anak.
Jadi studi Case control disebut juga studi retrospektif karena arah pengusutan rancangan tersebut bergerak dari akibat (dalam kasus ini yaitu penyakit thypoid) ke sebab (yaitu kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan). Dengan perkataan lain, disebut retrospektif karena subyek dipilih berdasarkan telah memiliki kesudahan tertentu (dalam kasus ini penyakit thypoid), lalu dilihat ke belakang tentang riwayat status paparan penelitian yang dialami subyek yaitu kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan.
Namun, Hennekens dan Burring berpendapat bahwa rancangan sttudi Case control dapat bersifat retrospektif maupun prospektif, tergantung kapan peneliti membuat klasifikasi status penyakit subyek untuk dipilih dalam penelitian. Apabila klasifikassi status penyakit telah atau tengah dibuat pada saat penelitian dimulai, maka studi case control bersifat retrospektif. Sedangkan apabila klasifikasi ststus penyakit telah masih akan dilakukan pada waktu yang akan datang, maka studi case control bersifat prospektif.
a. Studi Case Control Retrospektif
b. Studi Case Control Prospektif
Beasarnya resiko kejadian Thiphoid:
Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi tejadinya penyakit thypoid pada anak – anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit thypoid adalah kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan. Jelaskan bagaimana penelitian tersebut akan dilakukan dengan desain penelitian yang berbeda (case control, cohort, dan cross sectional).
1. Case Control
Studi case control adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi Case Contol adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit, kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Subyek yang didiagnosa menderita penyakit disebut kasus, sedangkan subyek yang tidsk menderita penyakit disebut control.
Dalam kasus tersebut, hal pertama yang dapat kita lakukan adalah memilih kelompok kasus dan kelompok control untuk dibandingkan. Anak – anak yang menderita penyakit thypoid sebagai kelompok kasus, sedangkan anak – anak yang tidak menderita penyakit thypoid sebagai kasus control. Kemudian kita telusuri kebelakang apa yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit thypoid tersebut dengan melihat riwayat paparan pada anak – anak yaitu kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan. Dengan demikian kita dapat mengetahui apa yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit thypoid pada anak – anak.
Jadi studi Case control disebut juga studi retrospektif karena arah pengusutan rancangan tersebut bergerak dari akibat (dalam kasus ini yaitu penyakit thypoid) ke sebab (yaitu kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan). Dengan perkataan lain, disebut retrospektif karena subyek dipilih berdasarkan telah memiliki kesudahan tertentu (dalam kasus ini penyakit thypoid), lalu dilihat ke belakang tentang riwayat status paparan penelitian yang dialami subyek yaitu kebiasaan jajan di sekolah dan kebiasaan cuci tangan sebelum makan.
Namun, Hennekens dan Burring berpendapat bahwa rancangan sttudi Case control dapat bersifat retrospektif maupun prospektif, tergantung kapan peneliti membuat klasifikasi status penyakit subyek untuk dipilih dalam penelitian. Apabila klasifikassi status penyakit telah atau tengah dibuat pada saat penelitian dimulai, maka studi case control bersifat retrospektif. Sedangkan apabila klasifikasi ststus penyakit telah masih akan dilakukan pada waktu yang akan datang, maka studi case control bersifat prospektif.
a. Studi Case Control Retrospektif
b. Studi Case Control Prospektif
Beasarnya resiko kejadian Thiphoid:
Odds Rasio (OR) = a x d / b x c = ad/bc
2. Cohort
Studi kohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingakan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan status penyakit. Ciri – cirri studi kohort adalah pemilihan subyek berdasarkan status paparanny, kemudian dilakukan pengamatan atau pencatatan apakah subyek dalam perkembangannya mengalami penykit yang diteliti atau tidak.
Dalam kasus tersebut, kita dapat memilih kelompok yang terpapar yaitu jajan di sekolah dan tidak cuci tangan sebelum makan, dan kelompok yang tidak terpapar yaitu tidak jajan di sekolah dan cuci tangan sebelum makan. Kemudian kita lakukan perbandingan antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapart berdasarkan status penyakitnya yaitu Thipoid dengan melakukan pengamatan. Sehingga kita tahu kelompok mana yang mempunyai resiko lebih besar terkena penyakit Thipoid. Apakah kelompok yang jajan di sekolah dan tidak cuci tangan, atau kelompok anak – anak yang tidak jajan di sekolah dan cuci tangan. Jadi studi kohort disebut juga studi prodspektif atau studi follow – up karena kohort diikuti dalam suatu periode untuk diamati perkembangan penyakit yang dialaminya.
Namun ada juga yang menyebutkan bahwa studi kohor dapat bersifat retrospektif atau prospektif, bahkan ambispektif. tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti memulai penelitiannya. Kohort bersifat retrospektif jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Sebaliknya, studi kohort bersifat prospektif jika paparan sedang atau akan berlangsung pada saat peneliti akan memulai penelitian. Studi kohort ambispektif memadukan cirri – cirri studi kohort retrospektif dan prospektif.
a. Studi kohort prospektif
b. studi kohort retrospektif
Studi kohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingakan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok yang tidak terpapar berdasarkan status penyakit. Ciri – cirri studi kohort adalah pemilihan subyek berdasarkan status paparanny, kemudian dilakukan pengamatan atau pencatatan apakah subyek dalam perkembangannya mengalami penykit yang diteliti atau tidak.
Dalam kasus tersebut, kita dapat memilih kelompok yang terpapar yaitu jajan di sekolah dan tidak cuci tangan sebelum makan, dan kelompok yang tidak terpapar yaitu tidak jajan di sekolah dan cuci tangan sebelum makan. Kemudian kita lakukan perbandingan antara kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapart berdasarkan status penyakitnya yaitu Thipoid dengan melakukan pengamatan. Sehingga kita tahu kelompok mana yang mempunyai resiko lebih besar terkena penyakit Thipoid. Apakah kelompok yang jajan di sekolah dan tidak cuci tangan, atau kelompok anak – anak yang tidak jajan di sekolah dan cuci tangan. Jadi studi kohort disebut juga studi prodspektif atau studi follow – up karena kohort diikuti dalam suatu periode untuk diamati perkembangan penyakit yang dialaminya.
Namun ada juga yang menyebutkan bahwa studi kohor dapat bersifat retrospektif atau prospektif, bahkan ambispektif. tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti memulai penelitiannya. Kohort bersifat retrospektif jika paparan telah terjadi sebelum peneliti memulai penelitiannya. Sebaliknya, studi kohort bersifat prospektif jika paparan sedang atau akan berlangsung pada saat peneliti akan memulai penelitian. Studi kohort ambispektif memadukan cirri – cirri studi kohort retrospektif dan prospektif.
a. Studi kohort prospektif
b. studi kohort retrospektif
• Insidence kelompok terpapar (Po) = a/ a+b
• Insidence kelompok tidak terpapar (P1) = c/ c+d
• Relative Risk (RR) = Po / P1
• Insidence kelompok tidak terpapar (P1) = c/ c+d
• Relative Risk (RR) = Po / P1
3. Cross Sectional
Studi Cross sectional merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status penyakit dan paparan secara bersamaan pada individi – individu dengan populasi tunggal pada suatu saat atau periode. Yang dimaksud satu periode misalnya satu tahun kalender dilangsungkannay penelitian.
Jadi dalam kasus di atas, pangamatan apakah seseorang anak tersebut menderita penyakit Thipoid atau tidak,langsung diikuti dengan pengamatan paparannya (jajan di sekolah dan cuci tangan) secara bersamaan.
dalam rancangan studi ini, peneliti dapat melihat frekuensi dan karakteristik penyakit, serta paparan penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu, sehingga data yang dihasilkan adalah prevalensi bukan insidensi.
Beasarnya resiko kejadian Thiphoid:
Studi Cross sectional merupakan rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status penyakit dan paparan secara bersamaan pada individi – individu dengan populasi tunggal pada suatu saat atau periode. Yang dimaksud satu periode misalnya satu tahun kalender dilangsungkannay penelitian.
Jadi dalam kasus di atas, pangamatan apakah seseorang anak tersebut menderita penyakit Thipoid atau tidak,langsung diikuti dengan pengamatan paparannya (jajan di sekolah dan cuci tangan) secara bersamaan.
dalam rancangan studi ini, peneliti dapat melihat frekuensi dan karakteristik penyakit, serta paparan penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu, sehingga data yang dihasilkan adalah prevalensi bukan insidensi.
Beasarnya resiko kejadian Thiphoid:
• prevalence kelompok terpapar (Po) = a/ a+b
• Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) = c/ c+d
• Rasio Prevalence = Po / P1
• Prevalence kelompok tidak terpapar (P1) = c/ c+d
• Rasio Prevalence = Po / P1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar