Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit
Pada mulanya konsep terjadinya penyakit didasarkan pada adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan dari Yang Maha Pencipta. Kemudian Hipocrates telah mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Dikenal pula teori tentang terjadinya penyakit yang timbul karena adanya gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia (teori humoral). Kemudian berkembanglah teori tentang faktor penyebab penyakit yang tidak dapat dipisahkan dengan berbagai faktor yang berperan dalam proses kejadian penyakit yang dikembangkan melalui teori ekologi lingkungan yang didasarkan pada konsep bahwa manusia berinteraksi dengan berbagai faktor penyebab dalam lingkungan tertentu dan pada keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit tertentu pula. Konsep Penyebab dan Proses Terjadinya Penyakit
Ditinjau dari sudut epidemiologi, konsep mengenai arti penyakit digambarkan sebagai mal-adjusment atau ketidakmampuan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan merupakan fenomena sosial dimana penyakit dapat timbul setiap saat pada seluruh bagian masyarakat di atas permukaan bumi ini tanpa
ada pengecualian. Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya, penyebab (agent), serta dengan lingkungan (environment).
Ada tiga faktor utama yang berpengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit pada manusia, yaitu :
A. Pejamu (Host)
Pejamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan penyakit. Faktor-faktor tersebut banyak macamnya, antara lain : umur, seks, ras, genetik.pekerjaan, nutrisi, status kekebalan, adat istiadat, gaya hidup dan psikis.
Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman penyakit, yang bisa berupa :
- Resistensi : kemampuan dari host untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
- Imunitas : kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara alamiah maupun diperoleh sehingga kebal tetrhadap suatu penyakit.
- Infektiousness : potensi host yang terinfeksi untuk menularkan kuman yang berada dalam tubuh manusia yang dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
B. Bibit penyakit (Agent)
Bibit penyakit adalah suatu substansi atau elemen-elemen tertentu yang keadaannya atau ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi atau elemen yang dimaksud banyak macamnya yang secara sederhana dibagi dalam 2 bagian utama yakni :
1. Penyebab primer
- Agen biologis : virus, bakteri, fungi, ricketsia, protozoa, mikroba.
- Agen nutrient : protein, lemak, karbohidrat.
- Agen kimiawi : dapat bersifat endogenous seperti asidosis, hiperglikemia, uremia dan eksogenous seperti zat
kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain. - Agen Fisika : panas, dingin, kelembaban, radiasi, tekanan
- Agen Mekanis : Gesekan, benturan, pukulan, dan lain-lain.
- Agen Psikis : faktor kehidupan sosial yang bersifat nonkausal dalam hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiwaan.
2. Penyebab sekunder
Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu / penambah dalam proses terjadinya penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, kita tidak hanya berpusat pada penyebab primer semata dalam setiap analisis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit.
Karakteristik agent, antara lain:
- Infektivitas : kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan host untuk mampu tinggal dan berkembang biak dalam jaringan host.
- Patogenesitas : kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada host yang diserang.
- Virulensi : kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi patologis yang berat yang mungkin menyebabkan kematian.
- Toksisitas : kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia untuk toksis oleh substansi kimia yang dibuatnya.
- Invasitas : kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.
- Antigenisitas: kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi imunologis dalam host.
Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh - pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini dibagi atas:
- Lingkungan fisik : Bersifat abiotik seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, panas, radiasi, dan lain-lain.
- Lingkungan biologis : Bersifat biotik seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroorganisme yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit dan hospes perantara
- Lingkungan sosial : Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial politik.
Keterhubungan antara pejamu, agen, dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada seorang individu yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit. Hasil interaksi positif ketiga faktor ini akan menghasilkan keseimbangan. Keadaan seimbang ini memberikan keadaan normal atau keadaan sehat. Jika terjadi gangguan atau interaksi negative dimana salah satu diantaranya merugi atau menurun
kemampuannya maka terjadilah keadaan sakit. Ada 4 kemungkinan gangguan keseimbangan, yakni:
- Peningkatan kesanggupan agen penyakit, misalnya virulensi kuman bertambah, atau resistensi meningkat.
- Peningkatan kepekaan pejamu terhadap penyakit, misalnya karena gizi menurun.
- Pergeseran lingkungan yang memungkinkan penyebaran penyakit, misalnya lingkungan yang kotor.
- Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host, misalnya kepadatan penduduk di daerah kumuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar