BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gerak
reflex merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi
jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata saat terkena
debu, menarik kembali tangan dari benda panas menyakitkan yang tersentuh
tanpa sengaja. Gerak reflex
dapat dihambat oleh kemauan sadar, misalnya ; bukan saja tidak menarik
tangan dari benda panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda
panas itu.(1 : 292)
Gerak
refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan
dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita
akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita
membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.
Gerak
refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori
langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini
berbeda sekali dengan mekanisme gerak biasa.
Gerak
biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian
disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke
saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa
gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu
gerak biasa adalah gerak yang disadari.
B. Tujuan
1. Mempelajari cara-cara pemeriksaan refleks fisiologis pada manusia.
2. Melihat ada tidaknya gangguan konduksi impuls pada sistem saraf
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Refleks
Refleks
adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada
rute lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter misalnya
denyut jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu,
serta respon otomatis misalnya sentakan akibat suatu stimuli nyeri atau
sentakan pada lutut merupakan kerja refleks.(2 : 193)
B. Sifat Umum Refleks
Sifat umum refleks yaitu : (3 : 141)
a) Rangsangan Adekuat
Rangsangan
yang memicu terjadinya refleks umumnya sangat tepat (presisi).
Rangsangan ini dinamakan rangsangan adekuat untuk refleks tersebut.
Suatu contoh yang jelas adalah refleks menggaruk pada anjing. Refleks
spinal ini timbul akibat rangsangan yang adekuat melalui rangsangan raba
linier multipel, yang misalnya karena terdapat serangga yang merayap di
kulit. Respons yang timbul adalah garukan hebat pada daerah yang
terangsang.
b) Jalur Bersama Akhir
Neuron
motorik yang mempersarafi serabut ekstrafusal otot rangka merupakan
bagian eferen dari lengkung refleks. Seluruh pengaruh persarafan yang
memengaruhi kontraksi otot pada akhirnya akan tersalur melalui lengkung
refleks ke otot tersebut, dan karena itu dinamakan jalur bersama akhir
(final common path).
c) Berbagai Keadaan Eksitasi dan Inhibisi Sentral
Penyebaran
ke atas dan ke bawah di sepanjang medula spinalis karena pengaruh
penggabungan daerah bawah ambang yang ditimbulkan oleh rangsangan
eksitasi. Efek inhibitorik langsung dan prasinaps juga dapat menyebar.
Efek ini umumnya bersifat sementara. Istilah keadaan eksitasi sentral
dan keadaan inhibisi sentral digunakan untuk menggambarkan keadaan
berkepanjangan yang memperlihatkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya.
d) Habituasi dan Sensitisasi Respons Refleks
Keadaan
bahwa respons refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan
kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman. (3 : 141)
C. Pemeriksaan Refleks
Biasanya
refleks yang dapat diuji mencakup refleks bideps, brakhioradialis,
triceps, patela, dan pergelangan kaki (Archilles). Temuan yang diperoleh
bergantung pada beberapa faktor yaitu menggunakan palu refleks yang
tepat, posisi ekstremitas yang tepat, dan keadaan rileks pasien.
Derajat
refleks, hilangnya refleks adalah sangat berarti, walaupun sentakan
pergelangan kaki (refleks Achilles) yang tidak ada, terutama pada
lansia. Respons refleks sering dikelaskan dengan nilai 0 samapai 4+.
a) 4+ : hiperaktif dengan klonus terus menerus
b) 3+ : hiperaktif
c) 2+ : normal
d) 1+ : hipoaktif
e) 0 : tidak ada refleks
Jenis-jenis pemeriksaan refleks adalah sebagai berikut : (4 : 2094)
1. Refleks
Biseps. Refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada
saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan
bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan
menggunakan palu refleks. Respons normal dalam fleksi pada siku dan
kontraksi biseps.
2. Refleks
Triseps. Untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan
pada siku dan diposisikan di depan dada. Pemeriksaan menyokong lengan
pasien dan mengidentifikasi tendon triseps dengan mempalpasi 2,5 sampai 5
cm di atas siku. Pemukulan langsung pada tendon normalnya menyebabkan
kontraksi otot triseps dan ekstensi siku.
3. Refleks
Brakhioradialis. Pada saat pengkajian refleks brakhioradialis, penguji
meletakkan tangan pasien di atas meja laboratorium atau disilangkan di
atas perut. Ketukan palu dengan lembut 2,5 sampai 5 cm di atas siku.
Pengkajian ini dilakukan dengan lengan dalam keadaan fleksi dan
supinasi.
4. Refleks
Patella. Refleks patella ditimbulkan dengan cara mengetok tendon
patella tepat di bawah patella. Pasien dalam keadaan duduk atau tidur
terlentang. Jika pasien terlentang, pengkajian menyokong kaki untuk
memudahkan relaksasi otot. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut
adalah respons normal.
5. Refleks
Ankle. Buat pergelangan kaki dalam keadaan rileks, kaki dalam keadaan
dorsi fleksi pada pergelangan kaki dan palu diketok pada bagian tendon
Achilles. Respon yang terjadi adalah fleksi plantar.
6. Refleks
Kontraksi Abdominal. Refleks superfisial yang ada ditimbulkan oleh
goresan pada kulit dinding abdomen atau pada sisi paha untuk pria. Hasil
yang didapat adalah kontraksi yang tidak disadari otot abdomen, dan
selanjutnya menyebabkan skrotum tertarik.
7. Respons
Babinski. Refleks yang diketahui jelas, sebagai indikasi adanya
penyakit SSP yang mempengaruhi traktus kortikospinal, disebut respons
Babinski. Bila bagian lateral telapak kaki seseorang dengan SSP utuh
digores maka terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.
D. Refleks Patologis dan Fisiologis pada Tubuh Manusia
Refleks Patologis adalah sebagai berikut : (5)
1. Reflek Hoffman – Tromer à Jari tengah klien diekstensikan, ujungnya digores, positif bila ada gerakan fleksi pada ari lainnya.
2. Reflek Jaw à
Kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya nervous
trigeminus, denganmengertuk dagu klien pada posisi mulut terbuka, hasil
positif bila mulut terkatup.
3. Reflek regresi à Kerusakan traktus pirimidalis bilateral / otak bilateral.
4. Reflek Glabella à Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasilnya positif bila membuat kedua mata klien tertutup.
5. Reflek Snout à Mengutuk pertengahan bibir atas, positif bila mulutnya tercucur saliva.
6. Reflek sucking à Menaruh jari pada bibir klien, positif bila klien menghisap jari tersebut.
7. Reflek Grasp à Taruh jari pada tangan klien, positif bila klien memegangnya.
8. Reflek Palmomental à Gores telapak tangan didaerah distal, positif bila otot dagu kontraksi.
9. Reflek rosolimo à Ketuk telapak kaki depan, positif bila jari kaki ventrofleksi.
10. Reflek Mendel Bechterew à Mengetuk daerah dorsal kaki2 sebelah depan, positif bila jari kaki ventrofleksi.
Sedangkan refleks fisiologis adalah sebagai berikut :
1. Reflek kornea à Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII )
2. Reflek faring à Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X )
3. Reflek Abdominal à
Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative
pada orang tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat
reaksi otot.
4. Reflek Kremaster à Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama naik / kontriksi ( L 1-2 )
5. Reflek Anal à Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )
6. Reflek Bulbo Cavernosus à Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )
7. Reflek Bisep ( C 5-6 )
8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )
9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )
10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )
11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)
12. Reflek Moro à Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
13. Reflek Babinski à
Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke
jari, hasil positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa
abnormal ( jari kaki meregang / aduksi ektensi )
14. Sucking reflek à Reflek menghisap pada bayi
15. Grasping reflek à Reflek memegang pada bayi
16. Rooting reflek à Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.
E. Refleks-Refleks Otonom pada Medula Spinalis
Dalam medula spinalis terintegrasi banyak macam refleks otonom segmental. Singkatnya, refleks-refleks ini meliputi : (6 : 683)
a) Perubahan tegangan pembuluh darah akibat perubahan panas kulit setempat.
b) Berkeringat, yang disebabkan oleh panas setempat pada permukaan tubuh.
c) Refleks intestino-intestinal yang mengatur beberapa fungsi motorik usus.
d) Refleks peritoneointestinal yang menghambat gerakan lambung sebagai respons terhadap iritasi peritoneum.
e) Refleks evakuasi untuk mengosongkan kandung kemih dan kolon.
F. Pembagian Sistem Saraf
Sistem saraf terbagi atas 2 kelompok besar yaitu :
1. Sistem saraf sadar
Sistem
saraf sadar adalah system saraf yang mengatur atau mengkoordinasikan
semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya,
melempar bola, berjalan, berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain.
Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
a. Saraf pusat terdiri dari :
1) Otak
Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
2) Sumsum tulang belakang
Sumsum
tulang belakang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke
otak, serta mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas
tulang belakang, yakni dari ruas – ruas tulag leher hingga ke ruas-ruas
tulang pinggang yang kedua dan dalam sumsum ini terdapat simpul – simpul
gerak refleks.
b. Saraf Tepi
Sistem
saraf tepi terdiri dari sarfa-saraf yang berada di luar system saraf
pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya system saraf tepi
merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani
organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar,
saluran darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar
a) Susunan saraf simpatis
b) Susunan saraf parasimpatis
Gerak
pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui
jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak
untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak,
berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor.
Gerak
refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat
dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari
terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau
batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh
jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen
dari neuron sensorik , interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan
impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling
sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan
neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan
kemauan seseorang.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
Gerak
refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling
sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron
sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk
tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya
memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak
refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan
dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita
akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita
membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari. (7)
G. Lengkung Refleks
Proses
yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung
refleks. Komponen-komponen yang dilalui refleks adalah sebagai berikut :
(2 : 193)
1. Reseptor rangsangan sensoris : ujung distal dendrit yang menerima stimulus peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit.
2. Neuron
aferen (sensoris) : melintas sepanjang neuron sensorik sampai ke medula
spinalis yang dapat menghantarkan impuls menuju ke susunan saraf pusat.
3. Neuron
eferen (motorik) : melintas sepanjang akson neuron motorik sampai ke
efektor yang akan merespon impuls eferen menghantarkan impuls ke perifer
sehingga menghasilkan aksi yang khas.
4. Alat
efektor : dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos
kelenjar yang merespons, merupakan tempat terjadinya reaksi yang
diwakili oleh suatu serat otot atau kelenjar.
H. Neuron
Neuron
berfungsi sebagai unit anatomis dan fisiologis dasar dari sistem saraf.
Ini terdiri dari perikaryon atau sel-sel tubuh dan memiliki struktur
seperti nukleus, tubuh nissl, neurofibrils, lisosom, mitokondria, dan
aparat Golgi. Sebuah neuron dewasa tidak berisi alat mitosis. Tubuh
Nissl adalah massa dari reticula endoplasma kasar dan terlibat dalam
sintesis protein. Para neurofibrils adalah mikrotubulus berongga yang
terlibat dalam konduksi impuls saraf, dukungan untuk sel, dan
transportasi makanan.
Neuron
dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah proses yang membentang dari
perikaryon atau mereka dapat diklasifikasikan fungsional berdasarkan
arah impuls saraf dilakukan.
Ketiga jenis neuron struktural adalah: nurons multipolar, neuron bipolar, dan neuron unipolar. Multipolar
neuron memiliki banyak dendrit dan satu akson utama. neuron bipolar
akan hanya memiliki satu akson dan hanya satu dendrit. unipolar neuron
terdiri dari sel-sel tubuh dan satu proses yang biasanya disebut sebagai
akson, meskipun sebagian dorongan terhadap pelaksanaan perikaryon ini
kadang-kadang disebut suatu dendrit.
Ketiga jenis neuron fungsional adalah: sensoris (aferen) neuron, motor (eferen) neuron, dan konektor (asosiasi) neuron. Neuron sensorik melakukan impuls ke saraf tulang belakang atau otak. Neuron
motorik melakukan impuls dari saraf tulang belakang atau otak ke
efektor (otot dan kelenjar). Konektor neuron hanya ditemukan dalam
sistem saraf pusat dan berfungsi untuk menghubungkan sensorik dan neuron
motorik dan satu sama lain. (9 :152)
I. Susunan Saraf
Dalam sistem saraf somatik, memperpanjang serabut saraf ke dan dari otot-otot tulang, kulit dan organ rasa. Mereka
biasanya memancarkan impuls tanggapan terhadap rangsangan dari
lingkungan luar, seperti dalam penarikan refleks. Banyak aktivitas saraf
somatik terjadi secara sadar dan terkendali sukarela.
Sebaliknya,
sistem saraf otonom (SSO) adalah terutama terkait dengan Peraturan
sirkulasi dan internal organ. Ini merespon perubahan luar kondisi dengan
memicu ortostatik tanggapan, reaksi mulai bekerja, dll. Untuk mengatur lingkungan internal tubuh. Sesuai namanya, sebagian besar kegiatan SSO tidak tunduk pada kontrol sukarela.
Untuk sebagian besar, yang otonom dan somatik sistem saraf secara anatomi dan fungsional terpisah di periferal, namun terkait erat di sistem saraf pusat (SSP). SSO perifer eferen, tetapi sebagian besar berisi saraf SSO serat terus juga neuron aferen. Ini disebut
serabut aferen viseral karena mereka sinyal berasal dari organ
visceral, seperti kerongkongan, gastrointestinal (GI) saluran, hati,
paru-paru, jantung, arteri, dan kandung kemih. (9 : 78)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nama Percobaan
Nama dari percobaan ini adalah pemeriksaan refleks fisologis.
B. Alat dan Bahan
a) Palu perkusi
b) Lampu senter
c) Kapas
d) Jarum
e) Baki alat
C. Prosedur Kerja
a) Refleks Kulit Perut
Orang
coba berbaring terlentang dengan kedua tangan terletak lurus di samping
badan. Goreslah kulit daerah abdomen dari lateral ke arah umbilikus.
Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
b) Refleks periost Radialis
Lengan
bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan
sedikit dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii.
Respon berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
c) Refleks periost Ulnaris
Lengan
bawah setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi
dan supinasi. Ketuklah pada periost presessus stilodeus. Respon berupa
pronasi tangan.
d) Knee Pess Reflex (KPR)
Orang
coba duduk pada tempat yang agak tinggi sehingga kedua tungkai akan
tergantung bebas atau orang coba berbaring terlentang dengan fleksi
tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella dengan hummer sehingga
terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
e) Achilles Pess Reflex (APR)
Tungkai
difleksikan pada sendi lutut dan kaki didorsofleksikan. Ketuklah tendo
Achilles, sehingga terjadi plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot
gastrocnemius.
f) Refleks Biseps
Lengan
orang coba setengah difleksikan pada sendi siku. Ketuklah pada tendo
otot biseps akan menyebabkan fleksi lengan siku dan tampak kontraksi
otot biseps.
g) Refleks Triseps
Lengan
bawah difleksikan pada sendi siku sedikit dipronasikan. Ketuklah pada
tendo otot triseps 5 cm di atas siku akan menyebabkan ekstensi tangan
dan kontraksi otot triseps.
h) Withdrawl Reflex
Lengan
orang coba diletakkan di atas meja dalam keadaan ekstensi. Tunggulah
sampai orang coba tidak melihat saudara, tusuklah dengan hati-hati dan
cepat kulit tangan dengan jarum suntik steril, sehalus mungkin agar
tidak melukai orang coba. Respon berupa fleksi lengan tersebut menjauhi
stimulus.
D. Hasil Percobaan
Hasil percobaan yang telah dipraktekkan adalah sebagai berikut:
1. Identitas orang coba :
a. Nama : Tn. SA
b. Umur : 20 tahun
c. BB : 45 kg
2. Jenis percobaan:
a. Refleks kulit perut
Respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding perut.
b. Reflex perioust radialis
Respon berupa fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan .
c. Reflex perioust ulnaris
Respon berupa pronasi tangan.
d. Knee pess reflex (KPR)
Respon yang terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps.
e. Achilles pess reflex (APR)
Respon yang terjadi berupa plantar fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastocnemius.
f. Reflex biseps
Respon yang terjadi berupa fleksi lengan siku dan tampak kontraksi otot biseps.
g. Reflex triseps
Respon yang terjadi berupa ekstensi tangan dan kontraksi otot triseps.
h. Wtihdrawl reflex
Respon berupa fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus.
E. Analisis Hasil Percobaan
a) Pada
pemeriksaan refleks kulit perut didapatkan hasil yaitu terjadi
kontraksi otot dinding perut. Berarti orang coba tersebut normal.
Apabila pada pemeriksaan tidak terjadi kontraksi otot dinding perut maka
orang coba abnormal dan ini biasanya ditemukan pada ibu hamil atau ibu
menyusui. Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (goresan kulit abdomen) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent à medulla spinalis ( perut bagian bawah: T11-T12&L, perut bagian tengah: T9-T11, perut bagian atas: T7-T9 ) à n.asosiasi/perantara à s.motorik à efektor (kontraksi otot dinding perut).
b) Pada
pemeriksaan refleks periost radialis didapatkan hasil berupa fleksi
lengan bawah pada siku dan supinasi tangan berarti orang coba tersebut
dalam keadaan normal. Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan periousteum os. radialis) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent (N. Radialis) à medulla spinalis/C5-T1 (pusat) à n.asosiasi/perantara à s.motorik (N. Radialis) à efektor (otot-otot supinator dan flexor).
c) Pada
pemeriksaan refleks periost ulnaris didapatkan hasil berupa pronasi
tangan hal ini berarti orang coba dalam keadaan normal. Perjalanan
impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan pada perious prosessus stilodeus) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent (N. Ulnaris) à medulla spinalis/C7&T1 (pusat) à n.asosiasi/perantara à s.motorik (N. Ulnaris) à efektor (otot-otot pronasi).
d) Pada
pemeriksaan knee pess refleks didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi
tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps berarti orang coba normal.
Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan pada patellae) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent (N. Femoris) à medulla spinalis/L3-L4 (pusat) à n.asosiasi/perantara à s.motorik (N. Femoris) à efektor (N. Quadratus femoris).
e) Pada
pemeriksaan achilles pess reflex didapatkan hasil yaitu terjadi plantar
fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastrocnemius. Perjalanan Impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan tendo acilles) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent (N. Tibialis) à medulla spinalis/L5&S2 (pusat) à n.asosiasi/perantara à s.motorik (N. Tibialis) à efektor (M. gastocnemius).
f) Pada
pemeriksaan refleks biseps didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan
siku dan tampak kontraksi otot biseps. Perjalanan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan tendo otot biseps) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent (N. Musculocutaneus) à medulla spinalis/C5-C6 (pusat) à n.asosiasi/perantara à s.motorik (N. Musculocutaneus) à efektor (M. Biceps Brachii).
g) Pada
pemeriksaan refleks triseps didapatkan hasil yaitu terjadi ekstensi
tangan dan kontraksi otot triseps. Perjalan impulsnya yaitu :
Rangsangan (ketukan tendo otot triseps) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent (N. Radialis) à medulla spinalis/C5-C7 (pusat) à n.asosiasi/perantara à s.motorik (N. Radialis) à efektor (M. Triceps Brachii).
h) Pada pemeriksaan withdrawl reflex didapatkan hasil yaitu terjadi fleksi lengan menjauhi stimulus. Perjalanan impuls yaitu rangsangan (tusukan kulit tangan) Impuls à reseptor à s.sensorik/afferent à medulla spinalis à n.asosiasi/perantaraà s.motorik à efektor (fleksi lengan dengan cara menjauhi stimulus).
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dalam pemeriksaan gerak reflex, terdapat beberapa bentuk atau macam cara yaitu :
a. Refleks kulit perut
b. Reflex perioust radialis
c. Reflex perioust ulnaris
d. Knee pess reflex (KPR)
e. Achilles pess reflex (APR)
f. Reflex biseps
g. Reflex triseps
h. Wtihdrawl reflex
2. Tidak
terdapat gangguan konduksi impuls pada system syaraf. Dimana setelah
dilakukan percobaan untuk orang coba berdasarkan pemeriksaan gerak
reflex terlihat orang coba dalam keadaan normal dan Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan maka diperlukan penilaian bagi tim pemeriksa yang ahli yaitu berupa derajat reflex.
B. SARAN
Untuk
praktikum selanjutnya sebaiknya pembimbing praktikum dihadirkan supaya
kami lebih dapat mengerti akan percobaan yang kami lakukan dan kami
mengharapkan agar asisten dosen mampu mempertahankan apa yang
dimilikinya sekarang dan harapan untuk dapat ditingkatkan kembali dan
jangan cepat merasa puas terhadap prestasi yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pearce,Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.
Jakarta:Gramedia
2. Syaifuddin.2009.Fisiologi Tubuh Manusia.Edisi 2.Salemba Medika:Jakarta.
3. William,Ganong F.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarata:EGC
4. Smeltzer,Suzane C.2001.Ed.8.Vol.3.Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC.
5. Hatake,Adisa.2010.Refleksmpatologis dan Fisiologis pada Manusia.in
6. Arthur C,Guyton.jhon,E.Hall.2007 Textbook of medical physiology
Edisi 8.Mississippi.Elsevier Inc.
7. Taslim,Faisal.2010.Refleks-Refleks Fisiologi.in.www.faisal-taslim.blogspot..
Com.Last Update 6 juli 2010
8. Bauman,Robert.2010.Human Anatomy and physiology Laboratory Text book.
America : Whitties Publications.
9. Silkbernagl,Stefan M.D.2003.Color Atlas of Physiology.Thieme New York.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar