Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun hasil penyembuhan yang
dicapai sangat tergantung dari berbagai faktor.
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi penyembuhan luka antara lain adalah:
- Kebersihan Luka
Adanya benda asing, kotoran atau jaringan nekrotik (jaringan mati) pada luka dapat menghambat penyembuhan luka, sehingga luka harus dibersihkan atau dicuci dengan air bersih atau NaCl 0,9% dan jaringan nekrotik pada luka dihilangkan dengan tindakan yang disebut debrideman (debridement). - Infeksi
Luka yang terinfeksi akan membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh. Tubuh selain harus bekerja dalam menyembuhkan luka, juga harus bekerja dalam melawan infeksi yang ada, sehingga fase inflamasi akan berlangsung lebih lama. Infeksi tidak hanya menghambat penyembuhan luka tetapi dapat menambah ukuran luka (besar dan/atau dalamnya luka). Luka yang sembuh juga tidak sebaik jika luka tanpa infeksi.| - Usia
Semakin lanjut usia, luka akan semakin lama sembuh karena respon sel dalam proses penyembuhan luka akan lebih lambat. - Gangguan Suplai Nutrisi dan Oksigen pada Luka
Gangguan suplai nutrisi dan oksigen (misal akibat gangguan aliran darah atau kekurangan volume darah) dapat menghambat penyembuhan luka. - Status Gizi
Gizi buruk akan memperlambat penyembuhan luka karena kekurangan vitamin, mineral, protein dan zat-zat lain yang diperlukan dalam proses penyembuhan luka. - Penyakit yang mendasari
Luka pada penderita diabetes dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol biasanya akan sulit sembuh atau bahkan dapat memburuk. - Merokok
Suatu studi menunjukkan bahwa asap rokok memperlambat penyembuhan karena asap rokok akan merusak fibroblas yang penting dalam proses penyembuhan luka. - Stres
Stres yang berlangsung lama juga akan menghambat penyembuhan luka. - Obat-obatan
Penggunaan steroid atau imunosupresan jangka panjang dapat menurunkan daya tahan tubuh yang dapat menghambat penyembuhan luka.
Referensi:
- Wound Care guide. www.mckinley.uiuc.edu/Handouts/pdfs/wound_care.pdf.
- Treatment of Wounds. http://www.accessmedicine.com/popup.aspx? aID = 816774&print=yes.
A. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari
kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan
kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain
(Kozier, 1995).
Ketika luka timbul, beberapa efek
akan muncul :
- Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
- Respon stres simpatis
- Perdarahan dan pembekuan darah
- Kontaminasi bakteri
- Kematian sel
B. Jenis-Jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan
bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka
(Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
- Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
- Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
- Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
- Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya
luka
a. Stadium I : Luka Superfisial
(“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial
Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda
klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full
Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau
nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada
lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka
timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
d. Stadium IV : Luka “Full
Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan
adanya destruksi/kerusakan yang luas.
Gambar Derajat luka bakar :
Gambar Derajat luka bakar :
3. Berdasarkan waktu
penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan
masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah
disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang
mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen
dan endogen.
C. Mekanisme terjadinya luka :
1. Luka insisi (Incised wounds),
terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi
akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura
seterah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi
akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada
jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound),
terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan
benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound),
terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam
kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound),
terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound),
yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk
diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka Bakar (Combustio)
D. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan
alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah
ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan
awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara
normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat
membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi
area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk
meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam
penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
- Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang
- Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga
- Respon tubuh secara sistemik pada trauma
- Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka
- Keutuhan kulit dan mukosa ,membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme
- Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu
kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan
regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti yang
terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995).
Menurut Kozier, 1995
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka
dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu
hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) akibat fase
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah,
endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan
bekuan darah di daerah luka. Bekuan
darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi
kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan
luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial
sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier
antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme. Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon
seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati.
Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan
nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya
daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel
berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial.
Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih
kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan
sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung
epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat
proses
penyembuhan. Respon inflamatori ini
sangat penting bagi proses penyembuhan
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari
ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast
(menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam
pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan
substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan
permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu
sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi
tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen
dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. berpindah dari pembuluh
darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan
perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang
lunak dan mudah pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan
berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis
kolagen. Kolagen menjalin dirinya , menyatukan dalam struktur yang lebih
kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan
garis putih.
*proses penyembuhan Luka
*proses penyembuhan Luka
Menurut Taylor (1997):
a. Fase Inflamatory
Fase inflammatory dimulai setelah
pembedahan dan berakhir hari ke 3 – 4 pasca operasi. Dua tahap dalam fase
ini adalah Hemostasis dan Pagositosis. Sebagai tekanan yang besar, luka
menimbulkan lokal adaptasi sindrom. Sebagai hasil adanya suatu konstriksi
pembuluh darah, berakibat pembekuan darah untuk menutupi luka. Diikuti
vasodilatasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke daerah luka
yang dibatasi oleh sel darah putih untuk menyerang luka dan menghancurkan
bakteri dan debris. Lebih kurang 24 jam setelah luka sebagian besar sel
fagosit ( makrofag) masuk ke daerah luka dan mengeluarkan faktor
angiogenesis yang merangsang pembentukan anak epitel pada akhir pembuluh
luka sehingga pembentukan kembali dapat terjadi.
b. Fase Proliferative
Dimulai pada hari ke 3 atau 4 dan
berakhir pada hari ke-21. Fibroblast secara cepat mensintesis kolagen dan
substansi dasar. Dua substansi ini membentuk lapislapis perbaikan luka. Sebuah
lapisan tipis dari sel epitel terbentuk melintasi luka dan aliran darah
ada didalamnya, sekarang pembuluh kapiler melintasi luka
(kapilarisasi tumbuh). Jaringan baru ini disebut granulasi jaringan,
adanya pembuluh darah,
kemerahan dan mudah berdarah.
c. Fase Maturasi
Fase akhir dari penyembuhan, dimulai
hari ke-21 dan dapat berlanjut selama 1 – 2 tahun setelah luka. Kollagen
yang ditimbun dalam luka diubah, membuat penyembuhan luka lebih kuat dan
lebih mirip jaringan. Kollagen baru menyatu, menekan pembuluh darah dalam
penyembuhan luka, sehingga bekas luka menjadi
rata, tipis dan garis putih.
Menurut Potter (1998):
a. Devensive / Tahap Inflamatory
Dimulai ketika sejak integritas
kulit rusak/terganggu dan berlanjut hingga 4-6 hari. Tahap ini terbagi atas
Homeostasis, Respon inflamatori, Tibanya sel darah putih di luka.
Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi pembuluh
darah, membawa platelet menghentikan perdarahan. Bekuan membentuk sebuah
matriks fibrin yang mencegah masuknya organisme infeksius. Respon inflammatory
adalah saat terjadi peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas
vaskuler plasma menyebabkan kemerahan dan bengkak pada lokasi luka.
Sampainya sel darah putih di luka melalui suatu proses, neutrophils
membunuh bakteri dan debris yang kemudian mati dalam beberapa hari
dan meninggalkan eksudat yang menyerang bakteri dan membantu
perbaikan jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya makrofag
membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan perbaikan luka
dengan mengembalikan asam amino normal dan glukose . Epitelial sel bergerak
dari dalam ke tepi luka selama lebih kurang 48 jam.
b. Reconstruksion / Tahap
Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau
ke-4 dari tahap defensive dan berlanjut selama 2 – 3 minggu. Fibroblast
berfungsi membantu sintesis vitamin B dan C, dan asam amino pada jaringan
kollagen. Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka.
Epitelial sel memisahkan sel-sel yang rusak.
c. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka
berlanjut selama 1 tahun atau lebih hingga bekas luka merekat kuat.
E. Faktor yang Mempengaruhi Luka
- Usia : Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
- Nutrisi : Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
- Infeksi : Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
- Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi : Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
- Hematoma : Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
- Benda asing : Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
- Iskemia Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
- Diabetes : Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
- Keadaan Luka : Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
- Obat : Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
- Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
- Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
- Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
F. Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi
infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat
terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan.
Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan.
Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan
suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu
pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi
dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin
tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika
mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan
tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan
tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah
komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya
lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh
melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan,
muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence
luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum
kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi
luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan
normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada
daerah luka.
G. Perkembangan Perawatan Luka
Profesional perawat percaya bahwa
penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka
tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka
sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang
perawatan luka. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih
baik daripada lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan
bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih
cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat
pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan
balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab tidak
meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis
balutan lembab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson.
J, 2000).
Rowel
(1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab
meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga
luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini
merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan
balutan lembab ( Potter. P, 1998). Penggantian balutan dilakukan sesuai
kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan
terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya
untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat.
Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999).
Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak
secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat
penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris
dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium
klorida dan tidak terlalu banyak
manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996) Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan
dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan
dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi
tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu. Perawat dapat menduga tanda
dari penyembuhan luka bedah insisi :
1. Tidak ada perdarahan dan
munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi luka akan didekatkan dan
dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa jam setelah
pembedahan ditutup.
3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak)
pada tepi luka selama 1 – 3 hari.
4. Penurunan inflamasi ketika bekuan
mengecil.
5. Jaringan granulasi mulai
mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup selama 7 – 10 hari.
Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan
drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan
bengkak.
6. Pembentukan bekas luka.
7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari
setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih.
8. Pengecilan ukuran bekas luka
lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas
luka menunjukkan pembentukan
kelloid.
H. Tujuan Perawatan Luka
1. Memberikan lingkungan yang
memadai untuk penyembuhan luka
2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi
luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel
baru dari cedera mekanis
5. Mencegah luka dari kontaminasi
bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan
menekan dressing
7. Memberikan rasa nyaman mental dan
fisik pada pasien
I. Bahan yang Digunakan dalam Perawatan Luka
1. Sodium Klorida 0,9 %
Sodium klorida adalah larutan
fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan ini tidak ada reaksi
hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman digunakan untuk
kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau natrium
klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak
mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia
dalam beberapa konsentrasi, yang paling sering adalah sodium klorida 0,9
%. Ini adalah konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini
sodium klorida disebut juga normal saline (Lilley & Aucker, 1999).
Merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan,
melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban
sekitar luka dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah
didapat dan harga relatif lebih murah (http://rpromise.com/woundcare/)
2. Larutan povodine-iodine.
Iodine adalah element non metalik
yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi dengan bahan lain
Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam kebiru-biruan,
kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di air, tetapi
dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium iodide
encer. Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora
tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan
kulit atau selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi
bakteri gram positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan
ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan residu (Sodikin, 2002).
Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine iodine toxic terhadap
sel (Thompson. J, 2000). Iodine
dengan konsentrasi > 3 % dapat
memberi rasa panas pada kulit. Rasa terbakar akan nampak dengan iodine
ketika daerah yang dirawat ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat
ternoda dan menyebabkan iritasi dan nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker,
1999).
MERAWAT LUKA
A. Pengertian
Merawat luka untuk mencegah trauma
(injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan
oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan
kulit
B. Tujuan
1. Mencegah infeksi dari masuknya
mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan
jaringan
3. Mempercepat penyembuhan
4. Membersihkan luka dari benda
asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan
pengeluaran eksudat
6. Mencegah perdarahan
7. Mencegah excoriasi kulit sekitar
drain.
C. Persiapan alat
1. Set steril yang terdiri atas
:
a. Pembungkus
b. Kapas atau kasa untuk
membersihkan luka
c. Tempat untuk larutan
d. Larutan anti septic
e. 2 pasang pinset
f. Gaas untuk menutup luka.
2. Alat-alat yang diperlukan lainnya
seperti : extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan
lama
5. Plester atau alat pengaman
balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk
menutup pasien
7. Bensin untuk mengeluarkan bekas
plester Luka dan Perawatannya
D. Cara kerja
1. Jelaskan kepada pasien tentang
apa yang akan dilakukan. Jawab pertanyaan pasien.
2. Minta bantuan untuk mengganti
balutan pada bayi dan anak kecil
3. Jaga privasi dan tutup
jendela/pintu kamar
4. Bantu pasien untuk mendapatkan
posisi yang menyenangkan. Bukan hanya pada daerah luka, gunakan selimut
mandi untuk menutup pasien jika perlu.
5. Tempatkan tempat sampah pada
tempat yang dapat dijangkau. Bisa dipasang pada sisi tempat tidur.
6. Angkat plester atau
pembalut.
7. Jika menggunakan plester angkat
dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka. Gunakan
bensin untuk melepaskan jika perlu.
8. Keluarkan balutan atau surgipad
dengan tangan jika balutan kering atau menggunakan sarung tangan
jika balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor
dalam kantong plastik.
10. Buka set steril
11. Tempatkan pembungkus steril di
samping luka
12. Angkat balutan paling dalam
dengan pinset dan perhatikan jangan sampai mengeluarkan drain atau
mengenai luka insisi. Jika gaas dililitkan pada drain gunakan 2 pasang
pinset, satu untuk mengangkat gaas dan satu untuk memegang drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada,
banyaknya jahitan dan keadaan luka.
14. Buang kantong plastik. Untuk
menghindari dari kontaminasi ujung pinset dimasukkan dalam kantong kertas,
sesudah memasang balutan pinset dijauhkan dari daerah steril.
15. Membersihkan luka menggunakan
pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan dengan anti
septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya.
Gunakan satu kapas satu kali
mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :
a. Bersihkan dari atas ke bawah
daripada insisi dan dari tengah keluar
b. Jika ada drain bersihakan sesudah
insisi
c. Untuk luka yang tidak teratur
seperti dekubitus ulcer, bersihkan dari tengah luka kearah luar, gunakan
pergerakan melingkar.
16. Ulangi pembersihan sampai semua
drainage terangkat.
17. Olesi zalf atau powder. Ratakan
powder diatas luka dan gunakan alat steril.
18. Gunakan satu balutan dengan
plester atau pembalut
19. Amnkan balutan dengan plester
atau pembalut
20. Bantu pasien dalam pemberian
posisi yang menyenangkan.
21. Angkat peralatan dan kantong
plastik yang berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan buang sampah dengan
baik.
22. Cuci tangan
23. Laporkan adanya perubahan pada
luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung jawab. Catat
penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien.
Membersihkan Daerah Drain
Daerah drain dibersihkan sesudah
insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang
terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri
dan daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak
drain ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah
pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain. Kulit sekitar drain harus
dibersihkan dengan antiseptik.
Daftar Pustaka
- Kaplan NE, Hentz VR, Emergency Management of Skin and Soft Tissue Wounds, An Illustrated Guide, Little Brown, Boston, USA, 1992.
- Oswari E, Bedah dan perawatannya, Gramedia, Jakarta, 1993.
- Thorek P, Atlas Teknik Bedah, EGC , Jakarta, 1994.
- Saleh M, Sodera VK, Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Bina rupa Aksara, Jakarta 1991.
- Wind GG, Rich NM, Prinsip-prinsip Teknik Bedah, Hipokrates Jakarta, 1992.
- Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S, Pedoman Tindakan Medik dan Bedah, EGC Jakarta 2000.
- Bachsinar B, Bedah Minor, Hipokrates, Jakarta, 1995.
- Puruhito, Dasar-daasar Teknik Pembedahan, AUP Surabaya, 1987.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar